FENOMENA “ REBUTAN “ DAGING KURBAN
Gatmedia.net - Peringatan Idul Adha atau Idul Kurban yang identik dengan penyembelihan hewan kurban tak lepas dari permasalahan sosial. Dimana - mana akan kita jumpai antrian orang yang akan menerima daging kurban, bahkan tak jarang hingga berujung pada keributan saat pembagian daging kurban.
Sistem pembagian yang biasanya menggunakan kupon yang dibagikan beberapa hari sebelum penyembelihan menjadi salah satu alternatif untuk menghindari tumpukan masa pada saat pembagian, namun tak jarang juga walaupun sudah dibagi kupon tetap saja ada keributan pada saat pembagian karena takut kehabisan daging kurban.
Langkah kreatif
Hal seperti inilah yang diantisipasi oleh pantia peringatan idul adha dimasjid Al Multazam, RW.VII Kel. Gununganyar tambak, kota Surabaya. Dari tahun ketahun panitia selalu berhati - hati pada saat pembagian daging kurban agar tidak terjadi keributan. Salah satu hal yang dilakukan adalah panitia tidak membagikan kupon kepada warga untuk datang mengambil daging namun panitia mendatangi warga dari pintu ke pintu untuk menyerahkan daging kurban.
Hal ini terbukti efektif mengurangi kumpulan masa yang dapat mengakibatkan kericuhan. Dengan dibagikan langsung, warga tidak perlu repot - repot untuk antri mengambil daging kurban. Hal ini kiranya patut ditiru oleh penyelenggaran atau panitia penyembelihan hewan kurban. Memang ada antrian tapi mereka bukanlah warga diRW.VII namun pendatang atau orang diluar wilayah yang selalu datang tiap tahunnya untuk meminta daging kurban. Hal ini sudah diantisipasi dengan menyediakan bungkusan daging khusus untuk orang - orang yang datang dari luar wilayahnya dengan berat 1Kg / bungkus.
Tak jarang anak - anak kecil juga ikut antrian pembagian daging kurban. Hal ini tentunya akan sangat tidak aman bagi mereka. Antrian anak - anak ini biasanya atas perintah dari orangtuanya untuk ikut antri agar mereka mendapat jatah pembagian yang banyak. Jika ada 2 orang dalam satu keluarga yang ikut antri maka mereka akan mendapatkan jatah 2 bungkus tentunya.
Untuk mengantisipasi hal - hal yang tidak diinginkan, panitia juga melibatkan petugas keamanan dari unsur Babinkamtibmas dan babinsa yang selalu membantu kegiatan warga di RW.VII. Kerjasama antara masyarakat dan petugas ini tentunya sudah terjalin lama, diharapkan dengan kerjasama ini akan tercipta situasi yang kondusif, aman dan kegiatan dapat berlangsung lancar sesuai yang diinginkan.
Sebuah renungan sosial.
Jika kita melihat fenomena antrian pada event pembagian daging kurban tentunya juga menjadi satu pertanyaan besar bagi kita semua atau bagi pemerintah khususnya. Semakmur apakah masyarakat kita ? benarkah mereka yang ikut antri itu jarang atau tidak pernah menikmati daging selain pada saat kurban ? apakah tidak atau belum ada regulasi yang baik dari pemerintah terkait tehnis pendistribusian daging kurban ? hal ini tentunya akan menjadi PR bagi kita para panitia penyelenggara untuk bekerja lebih baik lagi terkait proses pendistribusian daging kurban.
Meminimalisir tumpukan masa yang dapat mengakibatkan kericuhan bahkan dapat menimbulkan kematian karena berebut sebungkus daging kurban. Sungguh ironis sekali kondisi masyarakat kita jika demikian, maka masyarakatpun juga harus belajar bagaimana berbagi, saling memberi antar satu dengan yang lain. Yang tak kalah penting adalah bagaimana peran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat dengan harga yang terjangkau agar mereka tidak selalu antri dan berebut pada saat pembagian daging kurban. Seperti kata pepatah “ Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah “ sepertinya harus terus kita dengungkan untuk merubah mentalitas.
( Cak Met )