WARGA GUNUNGANYAR TAMBAK MUNCULKAN BUDAYA BARU YANG POSITIF SAAT IDUL ADHA.
Gatmedia.net - Moment Idul Adha tak hanya moment untuk berbagi kepada sesama namun juga dapat dimaknai dengan moment kebersamaan. Seperti yang dilakukan oleh warga Kelurahan Gununganyar Tambak, tepatnya di RW.VII. Warga menggunakan kegiatan peringatan Idul Adha ini sebagai wadah untuk merekatkan kebersamaan antar warga, tidak hanya satu RT namun dalam ruang lingkup RW.
Pada saat selesai kegiatan penyembelihan hewan kurban, masyarakat diundang untuk makan bersama. Tidak terkecuali, tua atau muda, anak - anak dan remaja berkumpul penuh kegembiraan merayakan hari besar Islam ini dengan makan bersama hasil olahan ibu - ibu PKK secara bergilir ditiap tahunnya. Menurut warga bahwa kebiasaan makan bersama pada saat idul Adha ini sudah ada sejak awal perumahan ini dibangun yaitu perumahan Wisma Indah II yang menjadi cikal bakal wilayah RW.VII.
Kegiatan ini sejatinya adalah media untuk menyatukan warga - yang ada diwilayah RW.VII mengingat jumlah warga yang terus bertambah, wilayah yang terus meluas sehingga permasalahan antar warga kian bertambah. Dengan adanya kegiatan makan bersama ini diharapkan akan mengurangi kesenjangan sosial dimasyarakat, merekatkan satu dengan yang lain. Dalam moment tahunan ini mereka dapat berinteraksi antar warga RT yang satu dengan warga RT yang lain, saling menyapa dan mengenal sehingga lebih akrab.
Sejarah
Dahulu, Wilayah Wisma Indah II yang menjadi cikal bakal RW.VII tidak banyak penghuninya. Perumahan kelas “ Pabrik “ kata orang memang dihuni kebanyakan oleh pekerja salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, lokasi perumahan yang jauh dari perumahan yang lain dengan fasilitas yang minim membuat lokasi perumahan ini menjadi terpencil.
Untuk meramaikan kampung mereka sering kumpul - kumpul untuk sekedar ngobrol, makan bersama ala kadarnya, menikmati olahan sederhana yang kadang - kadang hanya tahu goreng atau ubi bakar membuat suasana cair. Warga yang tak lebih dari 20 rumah pada saat itu sering melakukan pada saat malam selepas kerja atau pada saat selesai kerjabakti malam hari untuk membenahi jalan masuk kampungnya yang tak layak disebut jalan.
Kebiasaan makan bersama ini juga sebagai salah satu wadah untuk mengenal para pendatang baru, jika ada warga baru maka warga yang lain pasti mengetahui. Atau jika ada yang sakit maka warga yang lain juga akan tahu karena mereka absen pada saat nongkrong makan bersama.
Namun seiring dengan perkembangan wilayah, banyaknya warga yang datang dan pergi, sehingga kegiatan makan bersama menjadi susah untuk dilakukan, karena kesibukan warga jarang bertemu walaupun untuk sekedar ngobrol. Atas kesepakatan bersama maka warga setuju untuk menghidupkan lagi acara makan bersama seluruh warga pada moment - moment tertentu seperti peringatan Idul Adha dan Halal bihalal agar semangat kebersamaan antar warga tetap terjalin.
Kini, generasi telah berganti namun makan bersama sudah menjadi budaya positif bagi masyarakat RW.VII, pada prakteknya kebiasaan ini akhirnya berkembang, tidak hanya pada saat makan besar pada acara halal bihalal atau idul kurban, ditingkat RT juga sering diadakan acara makan bersama dengan dana swadaya dari warga sendiri atau “ saweran “ istilahnya.
Patut kiranya hal ini terus diperlihara agar masyarakat tidak kehilangan moment kebersamaan, membangun komunikasi antar generasi, saling berinteraksi satu dengan yang lain adalah sarana untuk menjaga keutuhan warga. Dengan budaya yang positif ini akan hilang kesenjangan sosial, tidak ada pembeda antara satu dengan yang lain, duduk satu meja dengan hidangan yang sama tentunya akan membuat suasana kampung kita semakin aman dan nyaman. ( Cak Met )